Kiai Marsudi Syuhud Beberkan 6 Prinsip Kepemimpinan dalam Islam

#image_title

Kiai Marsudi Syuhud Beberkan 6 Prinsip Kepemimpinan dalam Islam

loading…

Waketum MUI KH Marsudi Syuhud dalam kegiatan Standardisasi Kompetensi Dai angkatan ke-21 yang digelar Komisi Dakwah MUI, Senin (29/5/2023). FOTO/IST

JAKARTA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud membeberkan prinsip-prinsip kepemimpinan di dalam Islam. Salah satunya menerima kritik yang membangun dan mengakui kesalahan.

Bacaan Lainnya

Hal ini disampaikan Kiai Marsudi Syuhud dalam kegiatan Standardisasi Kompetensi Dai angkatan ke-21 yang digelar Komisi Dakwah MUI, Senin (29/5/2023). Menurutnya, tidak perlu mengucapkan sepatah kata pun untuk menjadi seorang pemimpin, selama mampu mengelola prinsip dalam mengeluarkan instruksi atau perintah.

Kiai Marsudi kemudian membeberkan ada enam prinsip dalam kepemimpinan sebagaimana dikutip dari kitab as-Sihr.

Pertama, استغل كل فرصة تتيح لك المزيد من المسئوليات manfaatkan setiap kesempatan yang memberi Anda lebih banyak tanggung jawab.
Kedua, تفانى في أداء كل الأعمال التي توكل إليك على أكمل وجه dedikasi untuk melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepada Anda secara maksimal.
Ketiga, تقبل النقد البناء واعترف بأخطائك terima kritik yang membangun dan akui kesalahan Anda.
Keempat, تمسك بما تراه صوابا من وجهة نظرك tetap berpegang pada apa yang menurut Anda benar dari sudut pandang Anda.
Kelima, تحمل مسئولية فشل مرئوسيك bertanggung jawab atas kegagalan bawahan Anda.

“Dan keenam, تحمل المسئولية في الإخفاق والنجاح على حد سواء bertanggung jawab atas kegagalan dan kesuksesan,” kata Kiai Marsudi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (31/5/2203).

Dalam paparannya terkait dengan kerja-kerja kepemimpinan ini, Kiai Marsudi juga mengutip surat at Taubah ayat 105 sebagai berikut:

وَقُلِ ٱعْمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Kiai Marsudi juga menukilkan hadits Nabi Muhammad SAW tentang kehadiran Allah SWT bersama orang-orang yang berbaik sangka dan senantiasa mengingat-Nya dalam setiap langkah dan kerja-kerja kepemimpinan mereka.

عن أبي هريرة – رضي الله عنه – قال : قال النبي – صلى الله عليه وسلم
يقول الله تعالى : ( أنا عند ظن عبدي بي ، وأنا معه إذا ذكرني ، فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي ، وإن ذكرني في ملإ ذكرته في ملإ خير منهم ، وإن تقرب إلي بشبر تقربت إليه ذراعا ، وإن تقرب إلي ذراعا تقربت إليه باعا ، وإن أتاني يمشي أتيته هرولة .

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Allah Taala berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sementara itu, Ketua Komisi Dakwah MUI KH Ahmad Zubaidi mengatakan standardisasi dakwah MUI bertujuan salah satunya untuk meningkatkan kompetensi dai dalam berdakwah. Diharapkan para dai ketika berdakwah dapat memperhatikan keadaan objek dakwahnya.

“Standardisasi menekankan agar para dai lebih mengutamakan persatuan dan persaudaraan umat dari pada berdakwah pada hal-hal yang dapat menimbulkan perpecahan,” katanya.

Kiai Zubaidi menyampaikan, standardisai dakwah juga bertujuan untuk menyatukan persepsi para dai dalam berdakwah di lingkungan masyarakat. Kiai Zubaidi menerangkan, strategi yang dimiliki oleh para dai sangat diperlukan untuk menjalankan misi yang benar sesuai dengan fiqh maupun amaliyah yang dijalani oleh masyarakat. Meski begitu, Kiai Zubaidi mengakui, kegiatan standardisasi dakwah ini awalnya menjadi kontroversi.

“Namun kita menjelaskan sedetail mungkin bahwa standardisasi ini bukan untuk membatasi gerak para dai. Malah sebaliknya memperluas kemudahan dai dalam berdakwah,” ujarnya.

(abd)

Sumber Berita: kalam.sindonews.com

PANJI ISLAM
Portal Berita Islam Portal Berita Islam Terpercaya

 
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto? Silakan SMS ke 0813 7824 7999 via EMAIL: admin@panjiislam.com (mohon dilampirkan data diri Anda)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *