Berita Islam, Panjiislam.com: Paris, Menuai kecaman dari negara-negara islam, berikut pernyataan kontroversial Macron soal kartun nabi hingga krisis islam. Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal kaum radikal Islam menuai kontroversi. Sebelumnya, Macron juga pernah beberapa kali melontarkan pernyataan kontroversial.
Sebagaimana diketahui, pada hari Minggu (25/10), Macron mengatakan dalam cuitannya di Twitter soal tidak akan menyerah terhadap kaum radikal Islam.
Komentar itu muncul sebagai tanggapan atas pemenggalan kepala seorang guru, Samuel Paty, di luar sekolahnya di pinggiran kota di pinggiran Paris awal bulan ini. Paty dipenggal usai menunjukkan kartun Nabi Muhammad saat mengajar.
Pernyataan itu sontak menuai kecaman dari negara-negara Islam. Bahkan, muncul seruan untuk memboikot produk-produk Prancis dari Qatar hingga Yordania.
Macron sudah beberapa kali melontarkan pernyataan kontroversial terkait umat Islam. Berikut ini daftarnya:
1. Tidak Tegas Terhadap Penerbitan Ulang Kartun Nabi
Saat Majalah satire Charlie Hebdo menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad yang sempat menuai kecaman umat Muslim sedunia, Presiden Prancis Emmanuel Macron tak mau mengecam itu. Menurutnya Prancis memiliki kebebasan berekspresi.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (2/9/2020), Macron yang berbicara dalam kunjungannya ke Lebanon, mengatakan bahwa warga Prancis berkewajiban untuk menunjukkan kesopanan dan rasa hormat satu sama lain, dan menghindari “dialog kebencian.”
Kendati demikian, Macron enggan menilai penerbitan kembali karikatur Nabi Muhammad SAW oleh majalah satire Charlie Hebdo.
“Tidak menjadi tempatnya bagi seorang presiden Republik ini untuk menilai pilihan editorial seorang jurnalis atau ruang redaksi, tidak pernah. Karena kita memiliki kebebasan pers,” kata Macron.
Pernyataan Macron ini dinilai kontroversial karena abai dengan penghinaan Nabi. Absennya sikap tegas Macron memicu protes di beberapa negara Arab.
2. Sebut Islam Alami Krisis
Macron juga pernah menyebut Islam sebagai agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini.
Seperti dilansir AFP, Jumat (2/10/2020), Macron dalam pidato terbarunya menegaskan ‘tidak ada konsesi’ yang akan dibuat dalam upaya baru untuk mendorong agama keluar dari sektor pendidikan dan sektor publik di Prancis.
“Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini, kita tidak hanya melihat ini di negara kita,” ucap Macron.
Dia mengumumkan bahwa pemerintah akan mengajukan sebuah rancangan undang-undang (RUU) pada Desember mendatang, untuk memperkuat undang-undang (UU) tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis. Langkah-langkah tersebut, kata Macron, ditujukan untuk mengatasi persoalan tumbuhnya radikalisasi Islam di Prancis dan meningkatkan ‘kemampuan kita untuk hidup bersama’.
“Sekularisme adalah dasar dari Prancis yang bersatu,” tegas Macron, namun menambahkan bahwa tidak ada gunanya menstigmatisasi semua Muslim yang beriman.
3. Tidak Akan Menyerah Pada Islam Radikal
Terbaru, Macron menyinggung soal Islam radikal usai kasus pemenggalan guru di Prancis. Macron menyebut Prancis tidak akan menyerah pada Islam radikal.
“Kami tidak akan pernah menyerah. Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat damai. Kami tidak menerima perkataan yang mendorong kebencian dan membela perdebatan yang masuk akal. Kami akan selalu berpihak pada martabat manusia dan nilai-nilai universal,” tulisnya di Twitter, Minggu (25/10).
Untuk diketahui, Samuel Paty guru yang dipenggal itu terbunuh usai menunjukkan kartun Nabi Muhammad dalam kelasnya.
Penggambaran Nabi Muhammad dapat sangat menyinggung bagi umat Islam karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah.
Para pemimpin politik di Turki dan Pakistan telah marah kepada Macron, menuduhnya tidak menghormati “kebebasan berkeyakinan” dan memarjinalkan jutaan Muslim di Prancis.
Sumber: detik.com